AD (728x90)

Sunday, 17 May 2015

Anak Durhaka, Siswi SMP Berubah Menjadi Ular Berkepala Anjing



Kisah serupa Malin Kundang terulang kembali di Dusun Sigambal, Desa Pinang Awan, Kec. Torgamba, Labuhan Batu Selatan. Seorang siswi SMP mendadak berubah bentuk setelah menendang kepala ibunya yang sedang sholat.

Gadis 
muda tersebut kemudian berubah menjadi seekor ular berkepala anjing. Sampai sekarangberita tersebut masih menggemparkan masyarakat di sana bahkan masyarakat luas. Namun anehnya, tidak sedikit masyarakat setempat termasuk juga perangkat desa, kompak untuk tutup mulut mengenai identitas gadis durhaka & ibu malang itu.

Alasannya, mereka takut kualat atau tertular kena kutukan. Lantaran beredar berita 
itu, ibu dan anak tersebut sudah diungsikan ke sebuah area rahasia di Medan. Hal tersebut dilakukan demi menghindari kehadiran beberapa ratus orang dari berbagai daerah yang ingin menyaksikan anak durhaka tersebut

Kebenaran kisah heboh ini tempo hari dibeber
 oleh warga berinisial UT, salah satu warga di tempat kejadian. Beliau memperlihatkan rekaman dari HP yang menggambarkan sesosok gadis sudah yang sudah beralih bentuk menjadi binatang. Menurut UT, rekaman itu diambilnya sendiri. Dalam rekaman, nampak jelas seekor ular berkepala anjing dengan posisi meliuk.

Anehnya, ular berkepala anjing itu mempunyai 2 tangan menyerupai biawak 
dan juga mempunyai rambut putih yang panjang. Tayangan dalam rekaman, sambil berputar keliling, ular berkepala anjing itu terdengar mengeluarkan jeritan dan isak tangis sembari berurai air mata. Tidak sedikit penduduk yang melihat merasa prihatin sekaligus takut melihatnya.

Menurut UT, gadis durhaka 
yang masih duduk di bangku kelas 2 SMP itu, dalam kesehariannya berperangai tidak baik dan tidak jarang melawan orang tuanya yang cuma bekerja mocok-mocok, sesekali mencari upahan kerja terhadap para tetangga dan kerabatnya. UT bercerita, “Suatu hari, gadis bujang itu merengek minta dibelikan sepeda motor Yamaha Mio pada ibu kandungnya.” papar UT dengan tidak menyebutkan tanggal kejadiannya.

Dikarenakan merasa disepelekan 
dan diacuhkan sang ibu yang sedang sholat, ia tiba-tiba menendang kepala ibunya dikala sedang bersujud.

Inilah awal petaka 
tersebut. Waktu itu pun, wajah gadis itu sontak beralih bentuk menjadi anjing kurus. Seluruhnya tubuh dan kakinya berubah menjadi ular. Waktu sang ibu menyelesaikan sholatnya, alhasil ia menjerit histeris dan menangis meraung-raung menyaksikan puteri kesayangannya sudah beralih bentuk.

Sampai akhir 
november lalu, Kapolsek Torgamba, AKP Tampubolon, tidak mau berkomentar mengenai info heboh yang menggemparkan wilayahnya. Bahkan jelasnya, tak berjalan apa-apa di wilayah hukumnya.
Menurut Ki Ageng Awaluddin, seorang ahli sepiritual di daerah tersebut, perubahan bentuk sang anak jadi berkepala anjing akibat unsur api lebih mendominasi diri atau qorin si anak. Unsur itu pula yang menciptakan Iblis dan syetan tidak sedikit mengendalikan hidupnya.

“Hanya Allah yg akan menjawab, kematianlah nantinya yg bisa 
mengubah bentuknya kembali, itu juga tidak lepas atas kuasa Allah,” papar Ki Ageng soal kebenaran kisah itu.
Dan juga demikian, tuturnya, kisah Rahasia Illahi ini bukan tidak mengandung pesan mutlak, terutama untuk ulama. 

“Nyatakanlah kebenaran itu dengan cara Islamiah, atas pengajaran pada sikap anak kepada orangtua, alim ulama, guru atau sesama, dikarenakan hal tersebut tidak terlepas peran alim ulama, dari apa yang dilihat para anak-anak. Ini juga menandakan alam telah tua dan situasi disaat ini kembali terhadap kehidupan dan peradaban yang tidak mengedepankan moral juga menenggelamkan sendi-sendi kebenaran agama,” kata Ki Ageng sambil mengingatkan surga itu memang lah ada dibawah telapak kaki ibu. “Jadi semuanya itu ialah laknat Allah yang berlangsung terhadap anak durhaka itu,”. 

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 comments:

Post a Comment

 

© 2013 FlatMag. All rights resevered. Designed by Templateism